Di kala pemilu yang sedang hangat-hangatnya, jika
ada non-muslim yang menjadi calon, maka serentak kalimat ini bertebaran
di blog-blog, status FB, Twitter, dan sejenisnya.
“Lebih baik memilih orang tidak seiman daripada korup, daripada memilih orang seiman tapi korup”
Bahkan ada seorang tokoh agama dari organisasi tertentu yang mengeluarkan pernyataan yang redaksinya hampir sama yaitu:
“Memilih pemimpin non-Muslim tapi adil itu lebih baik daripada memilih Muslim tapi tidak adil.”
Kalau dibaca sepintas, kalimat-kalimat diatas
terasa indah dan penuh toleransi. Tapi kalau prinsip diaplikasikan
secara salah, maka kerugianlah yang akan diderita oleh umat Islam. Jadi
berhati-hatilah, jangan jatuh ke dalam jurang perang pemikiran seperti
itu.
Darimana kata-kata tersebut berasal?
Apakah dari Rasulullah saw? Ternyata tidak. Mari kita baca dua versi asal dari kalimat-kalimat di atas.
Sesungguhnya kalimat yang sebenarnya berasal dari kalam Ibn Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa hal 63 jilid 28 yang berbunyi:
“Sesungguhnya
manusia tidak berbeda pendapat bahwa kezaliman berakhir dengan
kecelakaan dan keadilan berakhir dengan kemuliaan dan oleh sebab itu ada
diriwayatkan: Allah membantu kerajaan yang adil walaupun ia kerajaan
kafir, dan Dia tidak membantu kerajaan yang zalim walaupun ia kerajaan
yang beriman.” Maksudnya:
- Keimanan para pemerintah yang zalim kadang-kala lebih berbahaya bagi agama daripada kekufuran pemerintah yang zalim.
- Pemerintah yang zalim, walaupun mengaku Muslim ada yang lebih memusuhi agama daripada pemerintah yang meskipun kafir tetapi menyediakan ruang yang luas untuk dakwah.
- Lihatlah negara-negara yang diperintah oleh dictator Muslim dan bandingkannya dengan negara-negara yang diperintah kuffar tapi lebih ikhlas dan demokratik.
- Contoh yang terbaik adalah Libya yang pernah diperintah oleh seorang tirani Muslim dibandingkan dengan Jepang yang diperintah dengan system secular yang kafir.
Sudah jelas bahwa fatwa Ibn
Taimiyah diaplikasikan secara salah oleh umat Islam pada saat ini. Hal
yang perlu ditanyakan oleh umat Islam sebelum memilih non-Muslim
dibandingkan Muslim adalah apakah non-Muslim itu lebih mampu memberikan
perlindungan agama kepada umat Islam atau tidak? Adakah ada bukti-bukti
sebelumnya, atau hanya sekedar rumor manis yang disebarkan oleh media
massa?
Selain kalam Ibn Taimiyah, ternyata ada juga kalam lain yang dinaqalkan oleh Ibn Taqtaqiy:
Ibn Tawus seorang faqih bermazhab syiah. Memang kaum syiah adalah sekutu utama tentera Mongolia hingga raja mereka Holaku meminta fatwa dari mereka.
Pelajaran yang bias diambil
adalah, fatwa lebih baik memilih non-Muslim yang adil lebih baik dari
Muslim yang zalim dikeluarkan oleh seorang ulama Syiah pro-penjajah
non-Muslim.
Perang Pemikiran Kaum Sekuler
Ada banyak pemimpin Muslim
yang adil dan shalih menurut neraca agama tapi mereka tidak terekspos
oleh media massa. Ada pemimpin Muslim yang adil dan salih tapi mereka
tidak terpilih diakibatkan pemberitaan media massa yang salah. Kemudian
yang tertinggal adalah pemimpin Muslim yang dianggap tidak adil dan
pemimpin non-Muslim yang dianggap adil. Umat Islam kemudian dipaksa
membuat pilihan ini, setelah sebelumnya pilihan yang bagus dikeluarkan
dari ajang pertandingan.
Jadi yang bisa dilakukan adalah “memilih yang terbaik dari yang terjelek”.
Pikirkanlah sendiri.sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/08/23/jangan-memilih-pemimpin-seiman-tapi-korup/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silhkan komentar di sini ^^