Selasa, 28 Agustus 2012

Jangan Memilih Pemimpin Seiman Yang Korup

Di kala pemilu yang sedang hangat-hangatnya, jika ada non-muslim yang menjadi calon, maka serentak kalimat ini bertebaran di blog-blog, status FB, Twitter, dan sejenisnya.
Lebih baik memilih orang tidak seiman daripada korup, daripada memilih orang seiman tapi korup
Bahkan ada seorang tokoh agama dari organisasi tertentu yang mengeluarkan pernyataan yang redaksinya hampir sama yaitu:
Memilih pemimpin non-Muslim tapi adil itu lebih baik daripada memilih Muslim tapi tidak adil.”
Kalau dibaca sepintas, kalimat-kalimat diatas terasa indah dan penuh toleransi. Tapi kalau prinsip diaplikasikan secara salah, maka kerugianlah yang akan diderita oleh umat Islam. Jadi berhati-hatilah, jangan jatuh ke dalam jurang perang pemikiran seperti itu.
Darimana kata-kata tersebut berasal?
Apakah dari Rasulullah saw? Ternyata tidak. Mari kita baca dua versi asal dari kalimat-kalimat di atas.
Sesungguhnya kalimat yang sebenarnya berasal dari kalam Ibn Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa hal 63 jilid 28 yang berbunyi:
Sesungguhnya manusia tidak berbeda pendapat bahwa kezaliman berakhir dengan kecelakaan dan keadilan berakhir dengan kemuliaan dan oleh sebab itu ada diriwayatkan: Allah membantu kerajaan yang adil walaupun ia kerajaan kafir, dan Dia tidak membantu kerajaan yang zalim walaupun ia kerajaan yang beriman.”

Maksudnya:
  1. Keimanan para pemerintah yang zalim kadang-kala lebih berbahaya bagi agama daripada kekufuran pemerintah yang zalim.

  2. Pemerintah yang zalim, walaupun mengaku Muslim ada yang lebih memusuhi agama daripada pemerintah yang meskipun kafir tetapi menyediakan ruang yang luas untuk dakwah.

  3. Lihatlah negara-negara yang diperintah oleh dictator Muslim dan bandingkannya dengan negara-negara yang diperintah kuffar tapi lebih ikhlas dan demokratik.

  4. Contoh yang terbaik adalah Libya yang pernah diperintah oleh seorang tirani Muslim dibandingkan dengan Jepang yang diperintah dengan system secular yang kafir.
Sudah jelas bahwa fatwa Ibn Taimiyah diaplikasikan secara salah oleh umat Islam pada saat ini. Hal yang perlu ditanyakan oleh umat Islam sebelum memilih non-Muslim dibandingkan Muslim adalah apakah non-Muslim itu lebih mampu memberikan perlindungan agama kepada umat Islam atau tidak? Adakah ada bukti-bukti sebelumnya, atau hanya sekedar rumor manis yang disebarkan oleh media massa?
Selain kalam Ibn Taimiyah, ternyata ada juga kalam lain yang  dinaqalkan oleh Ibn Taqtaqiy:

Dan apabila (As-Sultan) Holaku menakluki Baghdad pada tahun 656 H dia memerintahkan agar para ulama ditanyakan; yang manakah lebih afdhal, sultan yang kafir dan adil atau sultan yang muslim dan zalim? Lalu dia mengumpulkan para ulama di Mustansiriyah untuk tujuan itu, dan apabila mereka (para ulama’) ditanyakan mereka enggan menjawabnya, dan ketika itu ada Radhiyuddin Ali bin Tawus di dalam majlis dan dia seorang yang terdepan (seorang tokoh) dan dihormati. Apabila dia melihat keengganan para ulama untuk menjawab maka dia pun membuat satu fatwa yang dipilihnya dalam hal ini yaitu mengafdhalkan yang adil lagi kafir keatas yang muslim lagi zalim, dan manusia selepas itu memilih (seperti Ibn Tawus) selepas itu.”

Ibn Tawus seorang faqih bermazhab syiah. Memang kaum syiah adalah sekutu utama tentera Mongolia hingga raja mereka Holaku meminta fatwa dari mereka.
Pelajaran yang bias diambil adalah, fatwa lebih baik memilih non-Muslim yang adil lebih baik dari Muslim yang zalim dikeluarkan oleh seorang ulama Syiah pro-penjajah non-Muslim.

Perang Pemikiran Kaum Sekuler
Ada banyak pemimpin Muslim yang adil dan shalih menurut neraca agama tapi mereka tidak terekspos oleh media massa. Ada pemimpin Muslim yang adil dan salih tapi mereka tidak terpilih diakibatkan pemberitaan media massa yang salah. Kemudian yang tertinggal adalah pemimpin Muslim yang dianggap tidak adil dan pemimpin non-Muslim yang dianggap adil. Umat Islam kemudian dipaksa membuat pilihan ini, setelah sebelumnya pilihan yang bagus dikeluarkan dari ajang  pertandingan.
Jadi yang bisa dilakukan adalah “memilih yang terbaik dari yang terjelek”.
Pikirkanlah sendiri.

sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/08/23/jangan-memilih-pemimpin-seiman-tapi-korup/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silhkan komentar di sini ^^